Produksi Teater Moksa: Aduh, Cilaka! Cilaka—Bertolak dari ruang-ruang kritik publik, apa problematika terbesar yang bersembunyi di baliknya? Sudah galibnya, Teater Moksa mencoba merefleksikan pikiran penonton lewat sebuah tontonan teater yang kisahnya diambil dari gejala zaman—dalam perkara yang dikritik menutup telinga dan yang mengkritik malah ngelantur—namun sering luput dari pikiran kita sebagai renungan dalam berbudaya. Kali ini, Cilaka karya/sutradara Panji Gozali, asisten sutradara Wawa menjadi wujud sandiwara satir yang hadir dalam mengungkapkan ‘keanu-anuan’ pada keseharian kita. Lantas, apa mendengar masih menjadi hal yang penting dalam kehidupan kita? “Mendagel cara Panji Gozali dilakukan dengan main-main dan komikal. Penamaan tokoh-tokoh berkonsonan ‘K-NT-L’ dan menyembunyikan satu anak dari saudara-saudaranya, adalah cara Panji Gozali merawat kritik atas persoalan-persoalan sosial hingga persoalan privat. Bila seorang pejabat negara hanya memiliki seorang juru bicara, maka seorang sastrawan memiliki juru-bicara dalam hitungan tak terbatas: ia mencipta tokoh-tokoh rekaan untuk mewakili suara hati dan protes-protesnya atas ketimpangan-ketimpangan sosial yang ia saksikan, sesuka jumlah yang ia kehendaki. Begitulah, Panji Gozali merawat suara hati dan protes-protesnya dalam Cilaka.” Moh. Shobirienur Rasyid (Budayawan) Pementasan ini merupakan produksi ke-8 Teater Moksa yang akhirnya diproduksi setelah nyaris empat tahun tertunda lantaran pandemi Covid-19 dan segala tetek bengek. Teater Moksa menghadirkan karya yang lahir dari realitas sosial, dalam upaya membuat penonton ngeh, kekinian menyangkut apa-apa saja dalam hidup yang tak pernah tuntas dan bahkan tak pernah terduga. “Di tengah kondisi negara kita yang masih penuh dengan persoalan politik, sosial dan budaya, masyarakat barangkali sering mengumpat. Lihat saja dunia medsos. Alat kelamin sering disebut-sebut untuk mengumpat terhadap sesuatu yang mereka kritisi, terhadap sesuatu yang mereka tidak sukai. Mereka menuliskan kata yang merupakan alat kelamin itu sebagai ekspresi kemuakan. Cara Panji mengatasnamakan tokoh dengan panggilan-panggilan yang berasosiasi terhadap alat kelamin seperti menyimpan kemuakan terhadap kondisi politik, sosial dan budaya kita saat ini.” Dendi Madiya (Sutradara Teater, Penulis dan Performer) Menunggu memang merupakan salah satu yang sudah pasti akan kita rasakan. Seperti kami keluarga besar Teater Moksa, yang menunggu anda semua menyaksikan pementasan Cilaka, maka tulisan ini adalah kiat asik menyampaikan kerinduan kami pada anda semua yang haus akan tontonan ndagel yang mengungkapkan ‘keanu-anuan’ pada keseharian kita. Pentas ini digelar pada hari Minggu, 20 Agustus 2023 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki pukul 15.30 WIB. Tabik! Jelly Vantani, Pimpinan Produksi Teater Moksa Cilaka Karya/Sutradara Panji Gozali Asisten Sutradara Wawa Pimpinan Produksi Jelly Vantani Pemain: Rendi Sumbari | Riska Handayani | Wawa | Adi Ferian | Rafika Septiani | Imam Fauzi | MJ | mm.ham | Gabriela Alodia | Vinda Violetval | Hayat Vidi | Rangga Zafran Kru Produksi: Nanda Komala | Riska Devi Utami | Elin | Bayu Aji Nugroho | Anang Ramadhan | Cahya Friyarto | Ainul Yakin | Rijalul Fikri | Fachri Aditya Sponsor: Vtwo Print | Chukkae Fried Chicken Dukungan: Museum Kebangkitan Nasional | Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur | Kebudayaan Jakarta Timur | Nuvoplay | Semut Api Partner Media: Suara Kreatif | humaniora.id | Kabar Teater Indonesia | Jakarta Creative Media | Tangsel Creative Foundation | Ikatan Teater Jakarta Timur | Pustaka Pandawa | Pojok Seni #PemoedaBerkesenian #MOKSA #TeaterMoksa #Cilaka #TIM #TeaterKecil #TamanIsmailMarzuki #PanjiGozali